Monday, November 12, 2007

Pembeli tak selalu RAJA


Pembeli adalah "raja" kiranya baru berlaku kalau kompetensi para penjual sangat ketat.
Sedangkan untuk barang-2 kebutuhan yang penjual nya menjadi besar bukan karena kemampuannya bersaing mendahului pengusaha sejenisnya.
Penjual yang menjadi besar karena negara menjadikannya usaha satu-2nya atau paling tidak yang lebih dulu menguasai segala sesuatunya.
Macam perusahaan listrik (d/h ANEEM), yang dengan kekuasaannya membebankan penerangan jalan pada tagihan bulanan sebesar 10%.
Entah bagaimana masuknya uang ke PLN atau Pemerntah Daerah.
Yang pasti, penerangan jalan di komplek rumah kami harus kami pasang dan kelola sendiri.
Kalaupun setrumnya ngambil langsung dari tiang PLN, pembayaran 10% tadi jadi pembenar "pencurian" listrik.


Kalau pabrik pulsa milik negara lain lagi ceritanya.
Tiba-2 tanpa basa-basi mengirimkan data tagihan yang sangat informatif.
Namun di tagihan bulanan tertera ongkos pemberian informasi.

Beberapa tahun yang lalu, pernah juga mengalami hal serupa.
Dan setelah komplain 3 bulan kemudian berhenti
Sekarang mau komplain lagi males jadinya.
Karena sebetulnya info tagihan dan cara pembayaran jadi mudah tanpa tambahan biaya.

Yah beginilah jadi pembeli kalau bukan menjadi "RAJA"

3 comments:

ipam nugroho said...

perlu di swastanisasi..atau paling tidak ada rivalitas dari perusahaan lain yang bergerak dibidang energi dan listrik biar gak monopoli aja..brantas monopoli di negeri ini

Anang said...

tanpa saingan mereka bisa seenaknya saja.... kita jadi tertindas

JualannyaSaya said...

tidak transparannya instansi terkait..