Saturday, April 26, 2008

Tergila gila karya Hirata


Asem tenan.., waktu pertama baca Laskar Pelangi seperti baca narasi orang lagi jalan-jalan and flashback ke masa kecil yang membosankan.
Penuh dengan narasi dan miskin dialog menjadi sesuatu yang aneh untuk sebuah novel.
Apalagi diselingi dengan istilah-istilah ilmiah yang tak membumi, sehinga kalimat demi kalimat, halaman demi halaman terselesaikan dengan mengerutkan dahi.
Sudah lama sebenarnya ingin menjamah buku ini di Gramedia (bukan iklan lho), tapi lihat tebalnya rasanya malas untuk membacanya.
Beruntung punya istri yang sangat pengertian, ketika pulang kerja sebulan lalu, bungkusan buku bercover merah muda ini tergeletak di meja kamar.
Setelah dibuka segelnya, mulailah mengikuti petualangan si ikal yang kelak harus berganti nama hingga 3 kali karena kebadungannya.
Setelah habis bagian pertama dari tetralogi Andrea Hirata yang menguras isi otak, tentu sangat penasaran untuk melanjutkan bagian yang kedua yaitu Sang Pemimpi.
Yang mengisahkan kehidupan dimasa remaja bersama saudara sepupunya si Simpai Keramat.
Tak heran penggemar buku ini ternyata bejibun, karena drama kehidupan yang tersaji cukup menguras rasa empati, dan kekaguman.
Sehingga banyak orang menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah si buruh tambang timah ini, sehingga dalam blognya si Wadud (nama baru pengganti Ikal) harus memohon kepada penggemarnya untuk tidak bertamu kerumah orang tuanya yang saat ini sedang sakit.

Betapa gantungan cita-cita dimasa muda melekat dikepala, sangat kental terasa di Edensor, atau seri ketiga dari Tetralagi Laskar Pelangi ini.
Tentu saja semua itu tidak diraih dengan berpangku tangan dan berkacak pinggang.
Semua usaha, kerja keras, membanting tulang, memeras otak dan kalau perlu meregang nyawa tentu ada imbalannya. Itu memang Sunnatullah.
Barang siapa berusaha, maka dia akan menikmatinya.

Berkarya terus Ikal, kalau novelnya di filmkan, saya harap tak senasib dengan Ayat-ayat Cinta, yang justru tak disukai para penggemar novelnya.

2 comments:

Anonymous said...

saya harap tak senasib dengan Ayat-ayat Cinta, yang justru tak disukai para penggemar novelnya.

kayaknya sudah lumrah buku difilmkan tak disukai oleh penggemarnya....walau AAC filmnya tak disukai tapi bisa mengundang penonton jutaan orang.....hik hik hik saya lom nonton filmnya di bioskop karena disini belum tayang (saya menetap di malaka, malaysia)

btw salam kenal thank udah mampir

Ngatini said...

andrea is hot.. his every words is toucing...