Thursday, March 08, 2007

Soto Garuda


Ada gula.. ada semut.
Ada keramaian disitu juga ada orang jualan.
Hal tersebut membuat sebuah gedong bioskop juga menjadi arena mengais rizki.
Jaman itu, bioskop menjadi alternatif hiburan karena televisi isinya hanya berita tentang "sukses" penguasa.
Baik film mandarin, india, amerika semuanya selalu dipenuhi penonton.
Namun sekarang, hal itu tinggal cerita.
Di Probolinggo yang awalnya ada 4 buah gedong, kelas melati kini hanya WIJAYA yang tetap berusaha tayang, sekalipun jadwal yang diputar sering tak menentu, itupun film lama kalau tak mau disebut kadaluarsa.
Seorang teman pernah mencoba menyaksikan pada hari minggu siang, dan penonton pun tak sampai 10 orang. Pendapatan karcis tak kuat buat bayar listrik projector.
GUNTUR yang termasuk "group 21", akhirnya berubah fungsi menjadi toko pakaian.
REGINA pun gedungnya masih lumayan, tapi tak pernah muncul lukisan film yang diputar hari itu di halamannya, sekalipun katanya masih bertayang.
GARUDA adalah gedung bioskop tertua, tak terurus entah siapa empunya. Akan tetapi penjual majalah, stiker, tukang tambal ban, dan tentu saja penjual SOTO AYAM masih bertahan dihalamannya.
Meski pembeli tak sebanyak jaman dahulu, bertahan adalah salah satu pilihan, walaupun masih ada palanggan lama yang ber mobil.
Tapi yang pasti itu bukan mobil saya. Entah kapan saya akan punya kendaraan yang sebagus itu.

2 comments:

endik said...

mesti tibone pesawat garuda goro goro njenengan njajal soto garuda... wonten hubungane boten..?

rien said...

Ambil gambarnya jam berapa pak..kok sepi?
Pak,Mbok ya, jng menampilkan foto seperti itu tho pak..merusak citra probolinggo,probolinggo itu kota kan metropolis coy..ngisin-ngisinni pak!! he..he
( Guyon pak..ra popo..itu kan salah satu seluk beluk kota probolinggo)